Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Endriartono Sutarto menghimbau agar pemerintah tidak bersikap terlampau defensif tentang kritik para pemuka agama mengenai sejumlah kebohongan pemerintahan.
"Menurut saya, para tokoh agama itu tidak punya agenda politik, karena melihat dan mendengar sendiri apa yang dialami oleh masyarakat," ujar Endriartono di Jakarta, Rabu, 19 januari 2011.
Sebelumnya, sejumlah tokoh agama dan aktivis politik melontarkan kritik terbuka tentang apa yang mereka sebut sebagai "18 kebohongan Pemerintahan SBY". Sembilan adalah kebohongan lama, sembilan lainnya kebohongan baru.
Kebohongan yang mereka soroti antara lain mengenai pernyataan pemerintah tentang angka kemiskinan, penegakan hukum, penanganan terorisme, sistem pendidikan nasional, dan semburan lumpur di Sidoarjo. Tokoh-tokoh agama yang menyatakan sikap antara lain adalah Syafii Maarif, Din Syamsuddin, Andreas Yewangoe, Frans Magnis Suseno, dan Bikkhu Pannyavaro.
Endriartono menuturkan, para tokoh agama melihat kenyataan di tengah masyarakat saat ini yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah. Menurut dia, "Tokoh-tokoh agama ini mestinya diapresiasi. Dengarkan saja masukan mereka kemudian perbaiki. Itu saja. Jangan malah defensif."
Menurut dia, pemerintah harus peka atas kondisi riil yang terjadi di masyarakat, bukan hanya sekedar mengacu pada angka statistik.
"Menurut saya, para tokoh agama itu tidak punya agenda politik, karena melihat dan mendengar sendiri apa yang dialami oleh masyarakat," ujar Endriartono di Jakarta, Rabu, 19 januari 2011.
Sebelumnya, sejumlah tokoh agama dan aktivis politik melontarkan kritik terbuka tentang apa yang mereka sebut sebagai "18 kebohongan Pemerintahan SBY". Sembilan adalah kebohongan lama, sembilan lainnya kebohongan baru.
Kebohongan yang mereka soroti antara lain mengenai pernyataan pemerintah tentang angka kemiskinan, penegakan hukum, penanganan terorisme, sistem pendidikan nasional, dan semburan lumpur di Sidoarjo. Tokoh-tokoh agama yang menyatakan sikap antara lain adalah Syafii Maarif, Din Syamsuddin, Andreas Yewangoe, Frans Magnis Suseno, dan Bikkhu Pannyavaro.
Endriartono menuturkan, para tokoh agama melihat kenyataan di tengah masyarakat saat ini yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah. Menurut dia, "Tokoh-tokoh agama ini mestinya diapresiasi. Dengarkan saja masukan mereka kemudian perbaiki. Itu saja. Jangan malah defensif."
Menurut dia, pemerintah harus peka atas kondisi riil yang terjadi di masyarakat, bukan hanya sekedar mengacu pada angka statistik.
"Pemerintah jangan semata-mata berpegang pada angka-angka. Saya tidak mengatakan angka-angka itu salah, barangkali ada benarnya tapi juga tolong coba lihat realita kehidupan yang ada masyarakat sesungguhnya," ujar Endriartono.
Endriartono mengambil contoh kasus kepala keluarga yang bunuh diri karena merasa sudah tidak mampu lagi menghidupi anak-anaknya. Menurut dia, kasus ini harus menjadi catatan penting.
"Saatnya SBY sekarang berbuat maksimal, sehingga nanti pada saat Beliau harus turun di 2014, masyarakat akan terus mengenangnya sebagai presiden yang betul-betul bekerja untuk kepentingan rakyat," kata Endriartono.
Endriartono mengambil contoh kasus kepala keluarga yang bunuh diri karena merasa sudah tidak mampu lagi menghidupi anak-anaknya. Menurut dia, kasus ini harus menjadi catatan penting.
"Saatnya SBY sekarang berbuat maksimal, sehingga nanti pada saat Beliau harus turun di 2014, masyarakat akan terus mengenangnya sebagai presiden yang betul-betul bekerja untuk kepentingan rakyat," kata Endriartono.