Rabu, 18 Mei 2011

Ceramah di China, Megawati Sarankan Pancasila Diadopsi Negara Lain

Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri ceramah soal Pancasila dalam World Cultural Forum (WFC) di Suzhou, China. Dalam ceramahnya, Mega menyampaikan dalam rangka menciptakan dasar multikultural, prinsip-prinsip dasar Pancasila bisa dipertimbangkan untuk diterapkan di belahan dunia mana pun, termasuk di China.

"Saya sangat menyarankan bahwa prinsip-prinsip dasar Pancasila dapat sepenuhnya dipertimbangkan dan diadopsi, di mana mengenai kemanusiaan, keadilan sosial dan persaudaraan di antara bangsa-bangsa adalah nilai-nilai utama untuk membangun dunia baru dan untuk memastikan perdamaian dunia, keadilan sosial dan kemakmuran rakyat," ujar Megawati.

Hal itu dikatakan Megawati saat menjadi keynote speaker di hadapan 500-an peserta WFC dari seluruh dunia, seperti rilis yang diterima detikcom, Rabu (18/5/2011). Forum ini diselenggarakan oleh Departemen Budaya Republik Rakyat Cina.

Dalam pidatonya, Megawati mengelaborasi satu per satu makna Pancasila. Ketua Umum PDI Perjuangan itu meyakinkan seluruh audiens bahwa nilai Pancasila itu sangat bermakna dalam kehidupan dan kebudayaan yang sangat beraneka ragam seperti di Indonesia.

"Kami sangat beruntung Bung Karno telah merumuskan Pancasila dari jantung budaya Indonesia dan ini telah menjadi landasan dasar Bangsa Indonesia," jelasnya.

Pancasila, katanya, sangat menekankan pada titik-titik kesamaan nilai-nilai dan praktik sosial yang telah lama melekat dalam masyarakat sejak dahulu kala.

"Saat kita menuju dialog multikultural, maka pemikiran pendiri negara Indonesia, Soekarno, sangat relevan untuk bisa dipahami," ujar Megawati.

Megawati menyatakan, WCF sangat penting dan bergengsi, apalagi dengan tujuan yang sangat baik. Dikatakannya, harapan menuju dunia yang harmoni adalah impian semua pihak dan negara.

"Termasuk salah satu pemikir terbesar Konfusius, yang telah mendedikasikan dirinya dalam mencari kedamaian dan harmoni. Upaya untuk mencari harmoni dan perdamaian di dunia, saya pribadi senang untuk menghadiri pertemuan semacam ini seperti Forum Peradaban Dunia di Qufu, kota kelahiran Konfusius tahun lalu di Cina, di mana saya diundang memberikan keynote speech," papar Megawati.

Bertemu Liu Yandong

Di sela-sela WCF, Megawati juga melakukan pertemuan dan dialog dengan salah satu tokoh utama pemerintah China, Liu Yandong. Dalam pertemuan itu, Liu Yandong, yang menjabat sebagai anggota Dewan Penasehat Negara China, menyambut hangat kunjungan Megawati.

Megawati disambut bukan hanya dalam kapasitas sebagai presiden ke-5 RI, tapi juga karena sejarah hubungan kedua bangsa, khususnya peran Presiden pertama RI Bung Karno yang telah meletakkan dasar-dasar persahabatan yang kokoh antara kedua bangsa.

"Pemerintah dan bangsa Tiongkok masih ingat betul, bagaimana Bung Karno dengan gigih memperjuangkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) agar menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Hal itu disampaikan Bung Karno dalam membangun tata dunia baru di PBB," ujar Liu.

Liu merupakan anggota dari politbiro Partai Komunis China. Sewaktu Menlu AS Hillary Clinton berkunjung ke China, Liu juga yang menerimanya.

Selasa, 17 Mei 2011

Taufiq Kiemas: Orde Baru Tidak Ada yang Baik!

Ketua MPR, Taufiq Kiemas menilai hasil survei Indobarometer yang menyebut Orde Baru lebih baik dari Orde Reformasi adalah salah. Menurut orang yang pernah dikekang pemerintahan Soeharto ini, Orde Baru tidak ada yang baik.

"Yang lebih baik kondisi Orba itu apa? Saya rasa salah, kondisi Orba yang baik apa? Saya rasa nggak ada yang baik," kata Taufiq usai menghadiri pemberian penghargaan Seputar Indonesia Award 2011 di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (17/5/2011).

Politikus senior PDI Perjuangan ini mengatakan, pemerintahan sekarang ini kurang sesuai target itu mungkin. Tapi kondisi saat ini pasti lebih baik dibanding era Orba dulu.

"Sampai sekarang nggak ada yang ditangkap. Demokrasi lebih bagus. Mau ngomong apa saja nggak ditangkap. Ngomongin anggota DPR, ngomongin menterinya gak ditangkap. Indikasi demokrasi kan kalau persnya bisa ngomong," ujarnya.

Taufiq menilai, pemerintahan sekarang tidak bisa mencapai target karena seluruh elemen bangsa kurang kompak.

"Mestinya kita kompak. Bersatu kita, bagaimana memajukan negara ini. Kritik yang kreatif, ada jalan keluar, jangan maki-maki saja. Seperti gedung DPR, gedung itu kan bagus atau enggak? Kalau gak bagus kan oke. Jangan dianggap jelek semuanya. Kalau saya menolak gedung baru," ujarnya.

Berarti reformasi sendiri masih ada harapan? "Kalau nggak ada harapan untuk apa," cetusnya.