Ketua Departemen Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas, menilai pernyataan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo agar Presiden SBY segera me-reshuffle kabinetnya adalah pernyataan yang wajar.
"Mas Tjahjo sebagai ketua fraksi dan sering ketemu menteri ya bisa (menilai)," kata Taufiq, di Jakarta, Minggu 6 Februari 2011.
Kemarin, Tjahjo Kumolo mengatakan presiden perlu segera me-reshufle kabinetnya. Menurut Tjahjo, ada sepuluh mentri yang layak diganti.
Manuver dan pernyataan sejumlah elit "partai oposisi" itu memunculkan spekulasi, bahwa PDIP bakal masuk koalisi. Namun, Taufiq membantah. Menurutnya, partainya menjaga hubungan baik dengan semua partai, tidak hanya Demokrat.
"Kalau romantis, semua orang romantis. Setiap partai juga romantis. Kalau tak romantis bukan partai Indonesia," ujarnya. "Saya tidak pernah dengar Partai Golkar, Demokrat, PDIP tidak romantis."
Ada sinyal koalisi dengan Demokrat? "Kan tidak apa-apa kalau simpatisan masuk. Simpatisan boleh masuk, boleh saja, siapa yang melarang," katanya.
Berarti hubungan jalan belakang? "Ah nggak ah. Saya sih ketemu terus dengan Pak SBY, tak mungkin back street. Nggak ada kalau itu. Sama-sama satu bangsa kok back street," ujar Taufiq.
Dalam kesempatan itu, Taufiq juga menyoroti soal kritik para tokoh agama kepada Presiden. Menurut Taufiq, kritik wajar sepanjang tidak menjatuhkan.
"Wajar-wajar saja. Kritik-kritik itu wajar saja. Tapi kalau sampai menjatuhkan tidak sesuai dengan jadwal demokrasi," kata Taufiq.
Menurutnya, jadwal demokrasi harus terus berjalan. Dia menilai kritik para pemuka agama tidak sampai keinginan menjatuhkan Presiden. "Kan nggak bagus ya. Jadi jadwal demokrasi harus jalan, tidak boleh berhenti di tempat. Kan nggak ada yang bicara Presiden RI harus berhenti hari ini," ujarnya.
Menanggapi kritik balik para tokoh agama tidak perlu bicara politik di media? "Jawab sendirilah. Ya etisnya morallah," ujarnya sembari tertawa.
"Mas Tjahjo sebagai ketua fraksi dan sering ketemu menteri ya bisa (menilai)," kata Taufiq, di Jakarta, Minggu 6 Februari 2011.
Kemarin, Tjahjo Kumolo mengatakan presiden perlu segera me-reshufle kabinetnya. Menurut Tjahjo, ada sepuluh mentri yang layak diganti.
Manuver dan pernyataan sejumlah elit "partai oposisi" itu memunculkan spekulasi, bahwa PDIP bakal masuk koalisi. Namun, Taufiq membantah. Menurutnya, partainya menjaga hubungan baik dengan semua partai, tidak hanya Demokrat.
"Kalau romantis, semua orang romantis. Setiap partai juga romantis. Kalau tak romantis bukan partai Indonesia," ujarnya. "Saya tidak pernah dengar Partai Golkar, Demokrat, PDIP tidak romantis."
Ada sinyal koalisi dengan Demokrat? "Kan tidak apa-apa kalau simpatisan masuk. Simpatisan boleh masuk, boleh saja, siapa yang melarang," katanya.
Berarti hubungan jalan belakang? "Ah nggak ah. Saya sih ketemu terus dengan Pak SBY, tak mungkin back street. Nggak ada kalau itu. Sama-sama satu bangsa kok back street," ujar Taufiq.
Dalam kesempatan itu, Taufiq juga menyoroti soal kritik para tokoh agama kepada Presiden. Menurut Taufiq, kritik wajar sepanjang tidak menjatuhkan.
"Wajar-wajar saja. Kritik-kritik itu wajar saja. Tapi kalau sampai menjatuhkan tidak sesuai dengan jadwal demokrasi," kata Taufiq.
Menurutnya, jadwal demokrasi harus terus berjalan. Dia menilai kritik para pemuka agama tidak sampai keinginan menjatuhkan Presiden. "Kan nggak bagus ya. Jadi jadwal demokrasi harus jalan, tidak boleh berhenti di tempat. Kan nggak ada yang bicara Presiden RI harus berhenti hari ini," ujarnya.
Menanggapi kritik balik para tokoh agama tidak perlu bicara politik di media? "Jawab sendirilah. Ya etisnya morallah," ujarnya sembari tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar