Banjir lahar dingin menyeret dua batu, yang menurut kepercayaan masyarakat lokal, memiliki kekuatan ajaib. Batu itu bisa dilihat di Kali Putih, Jalan Raya Magelang-Yogya tepatnya di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Tak ayal, masyarakat pun geger.
Satu batu berada di pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya tepatnya di depan Dusun Gempol yang tenggelam oleh terjangan lahar dingin. Batu yang kedua berada di sebelah timurnya tepatnya 100 meter dari menara BTS yang berada di tengah-tengah Pasar Jumoyo.
Batu pertama berukuran sekitar tinggi 5 meter dan lebar 7 meter. Batu gunung hitam yang memancarkan sinar keputih-putihan itu sempat akan dibawa ke Kota Semarang dengan menggunakan truk.
“Waktu orang Semarang datang ke membawa batu ini, garda truknya patah saat mundur. Dibantu bapak tentara-tentara tetap tidak mampu. Saya bilang kalau mau pindah batu ini harus bilang bilang dulu, minta izin,” tutur Maryudi, warga Desa Gempol kepada detikcom.
Maryudi menceritakan, batu itu sempat ditarik dengan menggunakan tiga alat berat. Namun, alat tetap tidak mampu mengangkat batu aneh itu. Malah selang solar pengeruk putus dan bocor.
“Dibekhoe saja tidak bisa. Penambang di sini tidak ada yang berani mecah batu ini apalagi sampai dijual. Ngangkat saja tidak mampu,” ujar Yudi.
Dipecah Penambang, Batu Menangis
Selain batu besar aneh itu ada sebuah batu lagi yang diyakini warga sebagai batu yang bisa menangis sehingga warga sekitar menyebutnya sebagai “batu menangis”.
Batu ini berukuran hampir sama dengan batu pertama yang berada tepat di pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya Km 23. Namun, kalau batu yang pertama hitam keputih-putihan batu yang kedua ini hitam kemerah-merahan.
Bagian bawah batu ini tampak basah selalu dan mengeluarkan air yang tidak henti-hentinya. Bahkan airnya sampai menetes dan menggenangi pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya.
"Ini yang disebut warga sebagai batu menangis. Dia mengeluarkan air terus sampai menunjukkan warna kemerah-merahan,”ujar Masriyati, warga Dusun Tlogosari, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam.
Batu menangis ketika seorang penambang pasir dan batu yang merupakan warga sekitar, Sutarno, ingin memecah dan menjual batu itu. Namun, saat Sutarno memukul batu malah batu mengeluarkan air tak henti-hentinya.
“Sutarno langsung sakit panas selama tiga hari dan dibawa ke orang pintar disuruh minta maaf lalu sembuh,” cerita Masriyati.
Sampai saat ini keberadaan kedua batu itu tetap dibiarkan oleh warga sekitar. Pasalnya batu berbau mistis itu akan pergi sendiri terseret banjir lahar dingin.
“Warga sengaja membiarkan dua batu itu. Nanti kan akan pergi sendiri jika terjadi banjir lahar dingin kembali. Nanti kan teman-temanya (batu yang lain-red)akan mengajak batu yang sekarang ini pergi,” ujar Maryudi.
Satu batu berada di pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya tepatnya di depan Dusun Gempol yang tenggelam oleh terjangan lahar dingin. Batu yang kedua berada di sebelah timurnya tepatnya 100 meter dari menara BTS yang berada di tengah-tengah Pasar Jumoyo.
Batu pertama berukuran sekitar tinggi 5 meter dan lebar 7 meter. Batu gunung hitam yang memancarkan sinar keputih-putihan itu sempat akan dibawa ke Kota Semarang dengan menggunakan truk.
“Waktu orang Semarang datang ke membawa batu ini, garda truknya patah saat mundur. Dibantu bapak tentara-tentara tetap tidak mampu. Saya bilang kalau mau pindah batu ini harus bilang bilang dulu, minta izin,” tutur Maryudi, warga Desa Gempol kepada detikcom.
Maryudi menceritakan, batu itu sempat ditarik dengan menggunakan tiga alat berat. Namun, alat tetap tidak mampu mengangkat batu aneh itu. Malah selang solar pengeruk putus dan bocor.
“Dibekhoe saja tidak bisa. Penambang di sini tidak ada yang berani mecah batu ini apalagi sampai dijual. Ngangkat saja tidak mampu,” ujar Yudi.
Dipecah Penambang, Batu Menangis
Selain batu besar aneh itu ada sebuah batu lagi yang diyakini warga sebagai batu yang bisa menangis sehingga warga sekitar menyebutnya sebagai “batu menangis”.
Batu ini berukuran hampir sama dengan batu pertama yang berada tepat di pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya Km 23. Namun, kalau batu yang pertama hitam keputih-putihan batu yang kedua ini hitam kemerah-merahan.
Bagian bawah batu ini tampak basah selalu dan mengeluarkan air yang tidak henti-hentinya. Bahkan airnya sampai menetes dan menggenangi pinggir Jalan Raya Magelang-Yogya.
"Ini yang disebut warga sebagai batu menangis. Dia mengeluarkan air terus sampai menunjukkan warna kemerah-merahan,”ujar Masriyati, warga Dusun Tlogosari, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam.
Batu menangis ketika seorang penambang pasir dan batu yang merupakan warga sekitar, Sutarno, ingin memecah dan menjual batu itu. Namun, saat Sutarno memukul batu malah batu mengeluarkan air tak henti-hentinya.
“Sutarno langsung sakit panas selama tiga hari dan dibawa ke orang pintar disuruh minta maaf lalu sembuh,” cerita Masriyati.
Sampai saat ini keberadaan kedua batu itu tetap dibiarkan oleh warga sekitar. Pasalnya batu berbau mistis itu akan pergi sendiri terseret banjir lahar dingin.
“Warga sengaja membiarkan dua batu itu. Nanti kan akan pergi sendiri jika terjadi banjir lahar dingin kembali. Nanti kan teman-temanya (batu yang lain-red)akan mengajak batu yang sekarang ini pergi,” ujar Maryudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar