Senin, 24 Januari 2011

WACANA KOALISI BARU


Wacana koalisi Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) kembali hangat belakangan ini. Tapi benarkah hal itu benar-benar terwujud?
Tidak tahu faktor apakah yang mendorong munculnya kembali isu tersebut. Akan tetapi, isu koalisi biru-merah itu selalu didasari oleh faktor Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Misalnya saja, ketika Megawati Hadir pada peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni yang lalu di DPR. Saat itu ia duduk satu baris dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menjadi saingan tak terkalahkannya selama 2 periode pemilu.
Saat itu, spekulasi bermunculan tentang mendekatnya PDI-Perjuangan ke PD. Putri Megawati, Puan Maharani, tersipu-sipu ketika ditanya saling berdekatannya sang ibunda dengan SBY. Ia senang kalau pertemuan kedua tokoh itu mampu meredakan memanasnya situasi politik.
Tapi setelah itu, wacana koalisi kembali meredup. Lalu, pada 9 November malam lalu, Megawati hadir di Istana Negara dalam jamuan makan malam menyambut kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama. Tidak disangka sebelumnya, Megawati berada di Istana, suatu hal yang tidak pernah dilakukannya lagi sejak tahun 2004. Setiap kali diundang ke Istana untuk merayakan detik-detik proklamasi, Megawati selalu absen.
Seorang teman saya berkomentar, “Sinyal koalisi makin jelas terlihat. PDI Perjuangan-PD tinggal selangkah lagi,” Saya hanya tersenyum kecil mendengar analisa atas kehadiran Megawati di istana itu. Sebab, bagi saya kedatangan Megawati tak lebih untuk menghormati Obama sebagai presiden negara adikuasa. Kita ingat, ayahanda Megawati, Presiden Soekarno, sangat ‘mesra’ dengan AS di era tahun 1960-an sebelum condong ke Tiongkok.
Koalisi kembali tenggelam. Hingga baru-baru ini, terdengar slentingan koalisi PDI Perjuangan-PD mengerucut. Adalah pernyataan Puan yang menguatkan kemungkinan koalisi tersebut. “Namanya juga lagi pacaran, makin lama makin mesra,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Politik dan Hubungan antar Lembaga itu, Jumat (26/11).
Para fungsionaris PD langsung menanggapi. Sejumlah kader PD seperti Ketua FPD, Muhammad Jafar, mengaku beberapa kali bertemu dengan Taufiq Kiemas dan Tjahjo Kumolo, Sekjen PDI Perjuangan. Mereka mengatakan, koalisi dengan PDI Perjuangan memang mengkinkan, namun untuk jatah kursi kabinet bagi kubu moncong putih belum tentu akan diberikan dan menjadi hak prerogratif Presiden.
Dari beberapa kali wacana koalisi itu bergulir, tidak satupun ada progres politik yang positif dari kedua partai. Koalisi PDI Perjuangan dan PD sangat tergantung dari tokoh puncak kedua partai tersebut, Megawati dan SBY. Bila kedua rival ini belum bisa satu pandangan, maka koalisi tidak akan pernah mengkristal.
Dalam hal kedua tokoh itu ada perbedaan yang unik. Megawati sampai hari ini masih lantang mengatakan koalisi dengan PD tidak mungkin terjadi. Ketikdakmungkinan koalisi itu diteguhkan Megawati dalam kongres PDI Perjuangan di Bali, tahun lalu. Di situ Megawati menyebutkan, partainya tetap akan menjadi oposan bagi pemerintah SBY-Boediono.
Kemarin, saat ditanya mengenai Demokrat yang mengklaim sering berkomunikasi dengan PDI Perjuangan, Mega justru mempertanyakannya. “Dengan saya? Saya minta fotonya,” katanya. (www.pdiperjuangan-jakarta-org).
Lain dengan Megawati, SBY tidak pernah melontarkan kata-kata koalisi dengan PDI Perjuangan. Hanya anak buahnya yang di bawah, seperti contohnya Ruhut Sitompoel, yang sering menghembus-hembuskan isu koalisi itu. Ketika berbicara dengan 148-an kader PD di rapat kerja FPD di Hotel Crowne, kemarin, SBY sama sekali tidak menyinggung koalisi itu. (entah pada sesi yang kedua).
Apa alasan SBY mengangkat Taufiq Kiemas menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sampai kini juga masih memunculkan sejuta tanya, meski pendapat umum mengatakan, SBY ingin membungkam suara kritis PDI Perjuangan. Saya percaya, PD dan PDI Perjuangan tidak akan melangkah lebih jauh lagi di luar pengangkatan Taufiq Kiemas oleh SBY sebagai ketua MPR.
Tentu, faktor lain juga turun menentukan terjadi tidaknya koalisi itu. Seperti misalnya keberadaan Setgab koalisi yang telah melembaga. SBY tentu tidak akan melakukan test the water terhadap koalisi ini, mengingat kedudukan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sebagai ketua harian Setgab yang cukup kuat. Posisi tawar Golkar untuk mengancam menjadi oposan  masih teramat besar bila komitmen koalisi itu dilannggar PD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar