Pertemuan antara Presiden SBY dengan para tokoh lintas agama belum memasuki pembahasan secara substansial. Dalam dialog yang dilakukan, pemerintah terkesan seperti membela diri dari tuduhan kebohongan yang pernah dideklarasikan.
"Paling penting saya sangat meyakini kekuatan dialog. Dan dialog perlu kita lakukan. Dan Alhamdulillah direspon dengan baik. Tadi belum sampai substansi," ujar Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin kepada wartawan usai pertemuan di Istana Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (18/1/2011).
Hal yang sama juga disampaikan oleh aktivis dari PGI, Jerry Sumampouw secara terpisah. Poin-poin 18 kebohongan yang pernah dideklarasikan juga dibacakan dalam kesempatan ini. Namun, menurutnya, tanggapan presiden biasa saja, bahkan pembahasan yang dilakukan tidak masuk subtansi dan tidak konkret.
"Percakapan tidak masuk substansi. (18 Poin kebohongan) Dibacakan di depan presiden, tanggapannya biasa, ada banyak kelemahan, akan diperbaiki, terima kasih untuk masukan. Konkretnya dalam pertemuan berikutnya, ini sangat tidak konkret," tuturnya.
Jerry berpendapat, pembahasan yang dilakukan cenderung seperti pembelaan diri dari pemerintah. Dalam setiap masalah yang dipertanyakan, pemerintah menjawabnya dengan memaparkan keberhasilan-keberhasilan yang diklaim telah dicapai.
"Ya (seperti pembelaan diri), ada kekeliruan menangkap substansi percakapan juga, karena stressing bukan di situ. Jawabannya keberhasilan, agak keliru seolah ini adu data. Bahwa ada masyarakat sampai sekarang tidak bisa makan, itu fakta, bukan berapa banyak sekarang dibanding dulu, tidak memungkinkan untuk menjawab," ucapnya.
"Betul ada penurunan kemiskinan, tapi faktanya tetap ada orang yang tidak makan, puasa bukan karena agama, tapi tidak bisa makan. Yang begini belum tersentuh dalam percakapan tadi. Tokoh-tokoh agama menyatakan apa yang begini responnya masih keberhasilan pemerintah, bukan itu," imbuh Jerry.
Jerry mengakui, suasana dialog memang berjalan dengan baik dan penuh keterbukaan. Namun, format yang terlalu formil membuat para tokoh lintas agama merasa terbatas untuk menyampaikan pandangan masing-masing.
"Suasana lempeng, biasalah, terbuka, formil kenegaraan. Banyak dari kita tidak terbiasa dengan format seperti itu, terbatas juga ngomongnya, ngomong respon, ngomong respon. Presiden bertindak sebagai moderator karena dia yang pegang mic," jelas dia.
Jerry menambahkan, dalam pertemuan tersebut memang membahas banyak masalah, antara lain, korupsi, kasus Bank Century, kebebasan beribadah, isu ekonomi, kehormatan negara berkaitan dengan perbatasan, serta masalah TKI.
Untuk selanjutnya, direncanakan untuk dilakukan pertemuan lanjutan antara tokoh lintas agama dengan pemerintah. Hal ini dilontarkan oleh Menko Polhukam, Djoko Suyanto.
"Akan ada pertemuan lebih lanjut yang lebih substansial, tapi tidak harus dengan presiden atau wakil presiden. Tapi bisa dari unsur pemerintah untuk mengadakan dialog tersebut," ucap Djoko kepada wartawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar