Marzuki Alie, Dipo Alam dan Ruhut Sitompul disebut sebagai 'Penabuh Gendang' di sekitar SBY. Namun, seringnya mereka melontarkan kontroversi dinilai lebih diakibatkan sikap SBY yang tak berani menegur.
"Kalau menurut saya bukan karena penabuh gendang, bukan dirancang untuk mengalihkan isu dengan pernyataan kontroversial, tapi memang mereka bawaannya seperti itu," kata pengamat politik UI Prof Maswadi Rauf dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (7/8/2011).
Maswadi terutama menyoroti Marzuki dan Ruhut. Keduanya dikenal baik oleh masyarakat kerap memberikan pernyataan kontroversial, kontradiktif dan kontraproduktif dengan apa yang menjadi sikap SBY.
"Setiap kader kalau bicara kan harus tunduk dengan kebijakan partai, itu tidak terjadi di Demokrat. Marzuki merasa baik terus, Ruhut juga nggak pernah merasa salah. Tapi mereka nggak ditegur juga," jelas guru besar ilmu politik ini.
Ruhut yang melempar isu Ibu Ani Yudhoyono jadi capres, atau Marzuki yang mencetuskan KPK dibubarkan, hal itu adalah contoh pernyataan kontroversial yang justru merusak SBY. Dipo juga dinilai cukup kontroversial, namun tidak sesering Marzuki dan Ruhut.
Maswadi menegaskan, kerap terulangnya celotehan penabuh gendang ini karena SBY tidak pernah menegur mereka. Teguran ini harus diberi tahu kepada publik dan SBY tidak boleh diam-diam saja atas nama mekanisme internal partai.
"Dari awal orang-orang ini harus ditegur dan dicegah melakukan hal yang sama. Dan publik harus diberi tahu kalau SBY telah menegur mereka," jelas Maswadi.
Maswadi menilai SBY tidak berani menegur bawahan, dan itu akan terus menjadi batu sandungan jika dibiarkan. Budaya ewuh pakewuh terlalu kuat.
"Menegur bupati tidur di Lemhanas bisa, kok menegur bawahan yang bisa merusak partai nggak mau. Agak aneh juga tuh kalau begitu," tukas Maswadi.
Sebelumnya dalam sebuah diskusi, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers Agus Sudibyo menyebutkan Marzuki, Dipo dan Ruhut adalah 'Penabuh Gendang'. Mereka membuat pernyataan kontroversial untuk mengalihkan isu.
"Kalau menurut saya bukan karena penabuh gendang, bukan dirancang untuk mengalihkan isu dengan pernyataan kontroversial, tapi memang mereka bawaannya seperti itu," kata pengamat politik UI Prof Maswadi Rauf dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (7/8/2011).
Maswadi terutama menyoroti Marzuki dan Ruhut. Keduanya dikenal baik oleh masyarakat kerap memberikan pernyataan kontroversial, kontradiktif dan kontraproduktif dengan apa yang menjadi sikap SBY.
"Setiap kader kalau bicara kan harus tunduk dengan kebijakan partai, itu tidak terjadi di Demokrat. Marzuki merasa baik terus, Ruhut juga nggak pernah merasa salah. Tapi mereka nggak ditegur juga," jelas guru besar ilmu politik ini.
Ruhut yang melempar isu Ibu Ani Yudhoyono jadi capres, atau Marzuki yang mencetuskan KPK dibubarkan, hal itu adalah contoh pernyataan kontroversial yang justru merusak SBY. Dipo juga dinilai cukup kontroversial, namun tidak sesering Marzuki dan Ruhut.
Maswadi menegaskan, kerap terulangnya celotehan penabuh gendang ini karena SBY tidak pernah menegur mereka. Teguran ini harus diberi tahu kepada publik dan SBY tidak boleh diam-diam saja atas nama mekanisme internal partai.
"Dari awal orang-orang ini harus ditegur dan dicegah melakukan hal yang sama. Dan publik harus diberi tahu kalau SBY telah menegur mereka," jelas Maswadi.
Maswadi menilai SBY tidak berani menegur bawahan, dan itu akan terus menjadi batu sandungan jika dibiarkan. Budaya ewuh pakewuh terlalu kuat.
"Menegur bupati tidur di Lemhanas bisa, kok menegur bawahan yang bisa merusak partai nggak mau. Agak aneh juga tuh kalau begitu," tukas Maswadi.
Sebelumnya dalam sebuah diskusi, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers Agus Sudibyo menyebutkan Marzuki, Dipo dan Ruhut adalah 'Penabuh Gendang'. Mereka membuat pernyataan kontroversial untuk mengalihkan isu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar