Mesir terus bergolak. Di tengah revolusi yang melanda negeri itu, Amerika Serikat (AS) mengerahkan kapal-kapal perangnya termasuk sebuah kapal perang dengan 800 tentara dan aset-aset militer lainnya ke Mesir.
Menurut pejabat-pejabat di Washington, seperti dilansir media Press TV, Senin (7/4/2011), langkah itu sebagai persiapan kalau-kalau terjadi evakuasi besar-besaran warga AS dari Mesir.
Beredar rumor bahwa AS tengah melakukan intervensi militer di Kairo dengan mengerahkan kapal-kapal perang tersebut. Namun hal itu dibantah Pentagon. Ditegaskan Pentagon, pengerahan kapal-kapal perang tersebut terutama untuk evakuasi warga AS jika situasi di Mesir terus memburuk.
Langkah ini diambil AS setelah bulan lalu diberitakan bahwa resimen aviasi AS telah digerakkan untuk ditempatkan ke Semenanjung Sinai di Mesir guna mendukung pasukan multinasional yang mengawasi perjanjian damai Mesir-Israel.
Aksi demo telah melanda Mesir sejak bulan Januari lalu. Para demonstran menuntut Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur. Namun pemimpin yang telah berkuasa selama 30 tahun itu menolak untuk mundur saat ini sesuai desakan para demonstran. Mubarak telah menegaskan dirinya baru akan mundur setelah pemilihan presiden yang rencananya akan digelar pada September mendatang.
Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejauh ini setidaknya 300 orang telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka selama berlangsungnya aksi demonstrasi antipemerintah di Mesir.
Menurut pejabat-pejabat di Washington, seperti dilansir media Press TV, Senin (7/4/2011), langkah itu sebagai persiapan kalau-kalau terjadi evakuasi besar-besaran warga AS dari Mesir.
Beredar rumor bahwa AS tengah melakukan intervensi militer di Kairo dengan mengerahkan kapal-kapal perang tersebut. Namun hal itu dibantah Pentagon. Ditegaskan Pentagon, pengerahan kapal-kapal perang tersebut terutama untuk evakuasi warga AS jika situasi di Mesir terus memburuk.
Langkah ini diambil AS setelah bulan lalu diberitakan bahwa resimen aviasi AS telah digerakkan untuk ditempatkan ke Semenanjung Sinai di Mesir guna mendukung pasukan multinasional yang mengawasi perjanjian damai Mesir-Israel.
Aksi demo telah melanda Mesir sejak bulan Januari lalu. Para demonstran menuntut Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur. Namun pemimpin yang telah berkuasa selama 30 tahun itu menolak untuk mundur saat ini sesuai desakan para demonstran. Mubarak telah menegaskan dirinya baru akan mundur setelah pemilihan presiden yang rencananya akan digelar pada September mendatang.
Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejauh ini setidaknya 300 orang telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka selama berlangsungnya aksi demonstrasi antipemerintah di Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar