Partai Demokrat (PD) mengecam keras tindakan sebagian anggota DPR yang membuat kotak sumbangan untuk kenaikan gaji presiden. Menurut Ahmad Mubarok, DPR tidak manusiawi memperlakukan pemimpin.
"Itu ngeledek. Sinisme yang kontraproduktif, mengada-ada. DPR tidak manusiawi memperlakukan pemimpin," kata anggota Dewan Pembina PD itu saat dihubungi detikcom, Selasa (25/1/2011).
Menurut Mubarok, pernyataan utuh Presiden SBY bukan minta naik gaji melainkan memotivasi TNI/Polri supaya bersemangat usai mendapat kenaikan gaji. Lantas, Presiden melontar joke bahwa nasib TNI/Polri beruntung, tidak seberuntung dirinya yang sudah 7 tahun tidak naik gaji.
"Sebab Presiden bukan curhat, bukan mengeluh. Itu rasa humor. Soeharto juga pernah begitu sambil senyum-senyum. Sadis kalau Presiden tidak punya selera humor," tukas Mubarok.
Mubarok menyayangkan sikap masyarakat yang menangkap ucapan SBY sebagai permintaan naik gaji. Bahkan, masyarakat membandingkan dengan gaji Presiden AS Barack Obama, bukannya membandingkan dengan gaji Gubernur BI atau Dirut BUMN.
"Mestinya gaji Presiden Indonesia dibandingkan dengan gaji Gubernur BI atau Direktur BUMN. Direktur BUMN bisa dapat Rp 90 juta perbulan. Jangan dibandingkan dengan penghasilan rata-rata penduduk atau Presiden Amerika. Itu terlalu jauhlah," ujar Mubarok.
Pada Senin (24/1/2010) malam, sebagian anggota komisi III DPR membuat kotak sumbangan bertuliskan 'Koin untuk Presiden'.
Entah dimaksudkan untuk menyindir atau memang serius, kotak itu sengaja ditaruh di sekitar lorong untuk dilihat banyak orang.
Beberapa anggota dewan seperti Bambang Soesatyo, Syarifudin Sudding dan Desmon J Mahesa ikut mengisi kotak tersebut. Mereka juga mengajak siapa saja untuk ikut berpartisipasi.
Bambang Soesatyo mengajak Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi untuk ikut menyumbang. "Ayo Pak Ito ikutan," kata Bambang sambil menyodorkan sekresek koin kepada Ito.
Ito hanya tersenyum dan segera berlalu. Sepertinya Ito mengetahui kalau ia akan dikerjai oleh anggota Dewan.
"Itu ngeledek. Sinisme yang kontraproduktif, mengada-ada. DPR tidak manusiawi memperlakukan pemimpin," kata anggota Dewan Pembina PD itu saat dihubungi detikcom, Selasa (25/1/2011).
Menurut Mubarok, pernyataan utuh Presiden SBY bukan minta naik gaji melainkan memotivasi TNI/Polri supaya bersemangat usai mendapat kenaikan gaji. Lantas, Presiden melontar joke bahwa nasib TNI/Polri beruntung, tidak seberuntung dirinya yang sudah 7 tahun tidak naik gaji.
"Sebab Presiden bukan curhat, bukan mengeluh. Itu rasa humor. Soeharto juga pernah begitu sambil senyum-senyum. Sadis kalau Presiden tidak punya selera humor," tukas Mubarok.
Mubarok menyayangkan sikap masyarakat yang menangkap ucapan SBY sebagai permintaan naik gaji. Bahkan, masyarakat membandingkan dengan gaji Presiden AS Barack Obama, bukannya membandingkan dengan gaji Gubernur BI atau Dirut BUMN.
"Mestinya gaji Presiden Indonesia dibandingkan dengan gaji Gubernur BI atau Direktur BUMN. Direktur BUMN bisa dapat Rp 90 juta perbulan. Jangan dibandingkan dengan penghasilan rata-rata penduduk atau Presiden Amerika. Itu terlalu jauhlah," ujar Mubarok.
Pada Senin (24/1/2010) malam, sebagian anggota komisi III DPR membuat kotak sumbangan bertuliskan 'Koin untuk Presiden'.
Entah dimaksudkan untuk menyindir atau memang serius, kotak itu sengaja ditaruh di sekitar lorong untuk dilihat banyak orang.
Beberapa anggota dewan seperti Bambang Soesatyo, Syarifudin Sudding dan Desmon J Mahesa ikut mengisi kotak tersebut. Mereka juga mengajak siapa saja untuk ikut berpartisipasi.
Bambang Soesatyo mengajak Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi untuk ikut menyumbang. "Ayo Pak Ito ikutan," kata Bambang sambil menyodorkan sekresek koin kepada Ito.
Ito hanya tersenyum dan segera berlalu. Sepertinya Ito mengetahui kalau ia akan dikerjai oleh anggota Dewan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar