Minggu, 16 Januari 2011

Megawati: Indonesia Dilanda Bencana Mental


Hj. Megawati SoekarnoPutri, Ketua PDIP
Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, menyampaikan kritik terbuka kepada Pemerintah di hari ulang tahun partainya ke-38, Senin 10 Januari 2011.
Melalui pidato yang tajam, Megawati menumpahkan kritik partainya atas jalannya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kritik itu disimak para pimpinan partai peserta koalisi yang hadir dalam acara meriah di kantor pusat PDIP di Lenteng Agung, Jakarta.
Antara lain tampak Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung, dan Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Irgan Chairul Mahfiz.
Hadir pula Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya, yang mendampingi Mega sebagai calon Wakil Presiden dalam Pemilihan 2009 lalu.
Acara dimulai dengan sejumlah pertunjukkan kesenian, termasuk barongsai. Menariknya, ada adegan barongsai merah memakan barongsai biru.

Dalam pidatonya, Megawati mengatakan negeri ini sedang dilanda bencana mental. Bencana mental itu, menurut dia, diindikasikan mulai dari kasus Gayus Tambunan, reformasi birokrasi, koalisi Sekretariat Gabungan, hingga 'pamer' data-data makroekonomi yang dinilai tak berbasis pada kerakyatan.

"Seorang Gayus Tambunan, dengan berbagai variasi dan keleluasaannya, mempertontonkan betapa kekuatan uang mengharu-biru dalam sistem hukum secara keseluruhan," kata Megawati. Gayus yang pelesir bebas keluar-masuk bui, meski berstatus tahanan, menimbulkan persepsi di masyarakat bahwa, uang adalah segalanya. Bagi Mega, kasus Gayus mencerminkan negara tidak bisa menegakkan hukum.

Bencana mental kedua disebut Megawati adalah makna dari reformasi birokrasi diartikan beda oleh pemerintah. Menurut Megawati, reformasi birokrasi dikecilkan maknanya. "Hanya sebatas pada remunerasi. Sebatas materi, yang kembali meyakinkan rakyat bahwa materi adalah segala-galanya."

Bencana mental berikutnya menurut Megawati adalah sikap elit politik yang dinilai hanya melulu meributkan soal koalisi. Megawati mengingatkan, sebaiknya mengutamakan kepentingan rakyat daripada koalisi.  "Penyakit kronis lainnya yang menonjol adalah sikap elite lebih meributkan soal koalisi Sekretariat Gabungan atau Setgab," ujar Megawati.

Wacana pemilihan atau penetapan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga disorot Megawati sebagai bencana mental. "Hal ini menegaskan, semakin luasnya cakupan bencana mental yang melanda negeri ini," kata Megawati.

Megawati juga menyoroti kondisi riil di masyarakat, khususnya kenaikan harga cabai yang saat ini menembus harga Rp80 ribu per kilogram, ketimbang pencalonan dirinya pada 2014 mendatang. "Kenapa sih pemerintah masih perlu saya ajari? Seharusnya Pemerintah punya strategi bertindak mengenai harga kebutuhan pokok yang terus melambung."

Menurutnya, pemerintah harus mendengar jeritan rakyat di mana harga-harga sudah melebihi daya beli rakyat. Kasus bunuh diri karena tak mampu menahan hidup semakin berat tidak terjadi di beberapa tempat.

Bursa Efek Indonesia juga turut disindir Megawati. "Keberhasilan Bursa Efek Indonesia terbaik se-Asia Pasifik lebih ditonjolkan. Kita tidak pernah melihat kerawanan modal asing yang mengancam," kata Megawati.

Mega juga menyebut pengurangan sistematis subsidi untuk rakyat. Pada saat bersamaan pemborosan belanja aparatur negara terus berlangsung tanpa adanya keberanian koreksi.

"Kita menyaksikan pemerintah mendewakan impor barang sebagai penyelamat, dan membiarkan ketergantungan pinjaman luar negeri pada lunturnya ketahanan dan kemandirian kita," ujarnya.
Tanggapan pemerintah

Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi menilai kritik disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri adalah hal positif untuk meningkatkan kinerja pemerintah. Tapi, dia mengingatkan banyak pencapaian diraih pemerintah di samping kekurangan seperti disampaikan Mega.

"Kita lihat data dan fakta saja. Dunia melihat kita seperti itu, dan kenyataannya seperti itu," kata Sudi di sela-sela Rapat Kerja Pemerintah yang menghadirkan lebih dari 1.000 pejabat dari seluruh Indonesia di Senayan, Jakarta.

Sudi lantas menjabarkan sejumlah peningkatan yang diraih semasa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. "Angka pengangguran, angka kemiskinan menurun. Kita lihat angka ISHG Indonesia tertinggi di dunia. Kita lihat stabilitas moneter, stabilitas ekonomi, nyatanya seperti itu," kata Sudi. "Negara-negara lain saya lihat pertumbuhan ekonominya malah menurun, bahkan ada yang negatif."

Syarif Hasan, Sekretaris Sekretariat Gabungan Koalisi Pemerintahan, yang juga hadir di Rapat Kerja yang dipimpin Presiden SBY menjawab berbagai pernyataan Megawati itu. Menurut politikus Partai Demokrat yang juga Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah itu, Megawati tak membaca detail indikator keberhasilan Pemerintah.

"Lihat saja di lapangan. Itu kan ukurannya jelas, faktual. Jadi itu sudah terukur, dia harus membaca dong. Kinerja statistik yang berlaku, pertumbuhan ekonomi berapa? Di saat Asia Pasifik mengalami pertumbuhan negatif malah, kita masih positif, masih bertahan. Insya Allah pertumbuhan enam persen. Dulu waktu dia bagaimana?" kata Syarif.

Soal remunerasi birokrasi, menurut Syarif, dilakukan untuk meningkatkan motivasi birokrat. "Bagaimana mereka betul-betul bekerja, efektifitas, konsentrasi pada pekerjaannya. Supaya mereka betul-betul fokus memikirkan bangsa ini. Ini kan kesejahteraan. Baru dilakukan dalam setahun terakhir ini kan," katanya.

Jelas, menurut Syarif, tak ada bencana mental seperti dituduhkan Megawati.

Sementara Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, yang mendengar langsung pidato Mega menyatakan, kritik Megawati normal saja karena merupakan pemimpin oposisi. "Bagi saya kritikan bukan saja sah dalam demokrasi tapi itu bagian yang kalau diolah sebagai energi positif, bisa menjadi pemacu, dan pemicu kinerja pemerintah yang makin baik," kata Anas.

Pada dasarnya, tambah Anas, pemerintah dan PDIP punya semangat yang sama untuk menyejahterakan rakyat. Jika ada perbedaan perspektif, itu disebabkan oleh perbedaan posisi.

Lalu, apakah itu berarti Anas membuka koalisi Demokrat dan PDIP seperti tergambar dalam aksi barongsai merah dan biru di pembukaan acara ulang tahun PDIP? Anas tertawa. "Saya tidak tahu politik warna," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar